Selamat Datang di Blog EasyGotoLakeToba

Sabtu, 22 November 2025

Kampung Girsang Napak Tilas Sejarah, Jejak Budaya, dan Pesona Alam di Pelukan Geopark Kaldera Toba

      

 

Simalungun, NINNA.ID- Tidak jauh dari Pantai Bebas Parapat, sekitar 7 menit perjalanan, terdapat sebuah kampung yang seakan-akan mengajarkan kita arti hidup dalam harmoni dengan alam dan leluhur.

Itulah Kampung Girsang, kampung tua yang telah mencatatkan kisah panjang marga Sinaga — cikal bakal yang menenun sejarah Batak Toba hingga kini.

Napak Tilas Jejak Leluhur

Kampung Girsang bukan sekadar destinasi wisata biasa. Ini adalah kanvas sejarah yang hidup.

Berawal dari kisah Suhut Ni Huta, seorang leluhur Sinaga Bonor, yang melalui perjalanan penuh tantangan di Tanah Samosir hingga akhirnya mendirikan pemukiman di Kampung Girsang.

Dari sinilah nama-nama kampung bermunculan: Sidasuhut, Sidallogan, Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang — setiap nama adalah pengingat akan keberanian dan kebijaksanaan leluhur mereka.

Menapaki kampung ini ibarat membaca bab demi bab sebuah buku sejarah yang belum selesai ditulis.

Marsiadapari

Tak lengkap rasanya berbicara tentang Kampung Girsang tanpa menyebut marsiadapari — budaya gotong-royong yang diwariskan turun-temurun.

Dari sawah hingga upacara adat, masyarakat di sini saling bantu, saling menguatkan.

Marsiadapari bukan sekadar tradisi, tapi denyut nadi kehidupan sehari-hari.

Saat musim tanam padi tiba, kita bisa menyaksikan bagaimana satu keluarga membantu keluarga lain — hari ini sawah Sinaga, besok sawah Silalahi.

Tradisi ini mengajarkan kita betapa pentingnya kebersamaan dalam menghadapi tantangan hidup.

[caption id="attachment_6816" align="alignnone" width="521"]Gotongroyong Marsiadapari Seluas hamparan sawah ini, dulu dikerjakan dengan marsiadapari.(foto:damayanti)[/caption]

Firdaus di Lereng Bukit

Bayangkan sawah hijau zamrud yang bertingkat rapi di lereng bukit — seperti lukisan hidup yang menenangkan jiwa.

Sawah-sawah teras di Sitombom dan Gala-Gala adalah bukti ketekunan para petani yang menaklukkan alam dengan tangan mereka sendiri.

[caption id="attachment_35804" align="alignnone" width="590"]Mempertimbangkan: Mak Ober, petani di Kampung Girsang 1 sedang mempertimbangkan apakah padinya sudah layak untuk dipanen atau harus menunggu beberapa hari lagi. Pemandangan sawah padi buat suasana hati tentram. (foto: Damayant) Mempertimbangkan: Mak Ober, petani di Kampung Girsang 1 sedang mempertimbangkan apakah padinya sudah layak untuk dipanen atau harus menunggu beberapa hari lagi. (foto: Damayant)[/caption]

Di sinilah kamu akan melihat pemandangan yang memadukan keringat, cinta, dan seni bertani yang diwariskan secara turun-temurun.

[caption id="attachment_35805" align="alignnone" width="598"]GALA GALA KAMPUNG GIRSANG Periode Panen: Pemandangan di Gala-Gala di Kampung Girsang 1 memasuki periode panen padi. Lokasi ini cocok bagi mereka yang gemar dengan alam dan melihat pematang sawah. (foto: Damayanti)[/caption]

Teras sawah ini bukan hanya penghasil padi, tapi juga benteng yang menahan humus agar tak hanyut saat hujan turun. Sebuah bukti bagaimana manusia dan alam bisa bersinergi demi keberlangsungan hidup.

Bukit Simumbang

Berjalan menuju Bukit Simumbang, kamu akan merasakan sejuknya udara pegunungan yang menari bersama aroma kopi, cengkeh dan rempah-rempah yang tumbuh subur di sepanjang jalan.

Dari puncaknya, terbentang panorama Danau Toba yang memesona — sebuah panggung megah di mana keagungan alam dan kehangatan budaya bersatu.

Tak hanya pemandangan yang memanjakan mata, hutan lebat di sekitarnya juga menjadi paru-paru kampung.

Sungai-sungai yang mengalir membawa kehidupan: air untuk sawah, habitat ikan lele dan gabus, hingga sumber rempah yang menguatkan imun masyarakat setempat.

Saat pandemi melanda, masyarakat kembali pada kearifan lokal: jahe, kunyit, lengkuas — warisan alam yang menjadi tameng kesehatan.

Bukit Sirikki

Bukit Sirikki cocok untukmu yang suka mendaki atau sekadar menikmati suasana alam. Fasilitasnya lengkap: pondok selfie, warung, tempat duduk, hingga toilet.

Sepanjang pendakian, kamu akan disuguhi pemandangan beragam tanaman: durian, jengkol, aren, kemiri, hingga hamparan sawah, perkampungan, pepohonan, dan megahnya Danau Toba

Rumah Batak

Berjalan di antara kampung, kamu akan menemukan Rumah Batak yang telah bertahan ratusan tahun — kokoh tanpa paku, penuh ukiran, simbol kehangatan keluarga besar.

Dulu rumah ini menampung beberapa keluarga dalam satu atap, kini lebih banyak dihuni satu keluarga saja.

Akan tetapi, setiap jengkalnya bercerita: tiang kayu pinasa, ukiran kayu, kolong rumah yang dulunya kandang ternak.

Semuanya mengajarkan kita tentang ketahanan, kreativitas, dan cinta pada rumah.

[caption id="attachment_32416" align="alignnone" width="1440"]Huta Simandalahi Huta Simandalahi (foto ©Damayanti)[/caption]

Hasil Bumi Melimpah

Kampung Girsang ibarat supermarket alami yang menyediakan segalanya — dari padi, jagung, kopi, kakao, kemiri, pisang, hingga andaliman yang terkenal itu.

Sejak kecil, anak-anak di sini sudah terbiasa memikul parang, bertemu ular di ladang, dan memetik hasil bumi untuk dijual ke Pasar Tiga Raja dan Ajibata.

Budaya bertani bukan hanya aktivitas ekonomi, melainkan jalan hidup yang menumbuhkan karakter pantang menyerah.

Kenapa Kamu Harus Datang?

Karena di Kampung Girsang, kamu tidak hanya menemukan alam yang mempesona, tetapi juga hati yang tulus menyambutmu.

Kamu akan diajak melihat bagaimana sejarah hidup berdampingan dengan masa kini, bagaimana tradisi bukan hanya cerita masa lalu, tetapi juga denyut nadi masyarakat hari ini.

Kamu akan pulang dengan cerita — tentang sawah hijau yang menenangkan, tentang aroma kopi yang membekas, dan tentang masyarakat lokal yang menjadikan gotong-royong sebagai jalan hidup.

Datanglah ke Kampung Girsang. Bawalah rasa ingin tahu, dan pulanglah dengan rasa kagum yang tak terlupakan.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

Jumat, 21 November 2025

Jangan Lewatkan Kampung Girsang: Pesona Sawah, Bukit, dan Tradisi Batak

 

Simalungun, NINNA.ID-Bayangkan sebuah kampung yang memeluk bukit hijau dengan sawah-sawah bertingkat yang ditatah rapi di lereng-lerengnya — sebuah karya manusia yang seolah menjadi tangga menuju langit.

Inilah Kampung Girsang, sebuah keajaiban hidup yang tak kalah menakjubkan dari teras sawah Cordillera di Filipina.

Kampung Girsang bukan hanya sebuah destinasi wisata; ia adalah napas yang memberi kehidupan bagi manusia dan alam.

Di sinilah, setiap jengkal tanah adalah saksi bisu perjuangan para petani yang menenun harapan dengan tangan mereka sendiri.

Sawah bertingkat di Sitombom dan Gala-Gala tidak dibangun dalam semalam, tetapi lahir dari gotong royong generasi demi generasi yang tak mengenal lelah.

Seperti yang terjadi di Cordillera Filipina, sawah bertingkat di Kampung Girsang adalah mahakarya yang menaklukkan medan terjal.

Dengan kemiringan yang menantang, para petani di Girsang mengguratkan sawah-sawah pada kontur alam, menjaga humus agar tidak hanyut saat hujan turun.

Mereka membangun pematang yang menjadi benteng bagi tanah, air, dan kehidupan. Mereka menanam padi dengan iringan senandung marsiadapari — sebuah tradisi gotong royong yang menjadi denyut nadi kampung ini.

Di sinilah kamu bisa menyaksikan sendiri bagaimana budaya bertani bukan sekadar aktivitas ekonomi, melainkan jalan hidup.

Para petani di Girsang menanam bukan hanya untuk perut mereka sendiri, tetapi juga untuk kita semua — karena di sanalah terletak kesadaran: bahwa setiap butir nasi yang kita nikmati, ada tetes keringat petani yang menghidupinya.

Saat kamu menapaki pematang sawah yang hijau zamrud, kamu akan merasakan kehadiran leluhur yang mengajarkan kita untuk hidup selaras dengan alam.

[caption id="attachment_35804" align="alignnone" width="590"]Mempertimbangkan: Mak Ober, petani di Kampung Girsang 1 sedang mempertimbangkan apakah padinya sudah layak untuk dipanen atau harus menunggu beberapa hari lagi. Pemandangan sawah padi buat suasana hati tentram. (foto: Damayant) Mempertimbangkan: Mak Ober, petani di Kampung Girsang 1 sedang mempertimbangkan apakah padinya sudah layak untuk dipanen atau harus menunggu beberapa hari lagi. Pemandangan sawah padi buat suasana hati tentram. (foto: Damayant)[/caption]

Tradisi yang terpatri dalam Rumah Batak yang kokoh tanpa paku, diukir dengan cinta dan kebijaksanaan, mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga harmoni antara manusia, alam, dan budaya.

Kampung Girsang adalah bagian tak terpisahkan dari Geopark Kaldera Toba — sebuah warisan geologi dan budaya yang diakui dunia.

Status ini bukan sekadar label, melainkan pengakuan bahwa tempat ini memiliki nilai universal bagi umat manusia. Namun, status ini hanya bisa dipertahankan jika kita semua ikut serta menjaga dan menghargai warisan yang ada.

Jangan biarkan sawah-sawah ini kering karena keegoisan kita yang menganggapnya hanya pemandangan untuk difoto. Jangan biarkan generasi muda lupa cara bertani, lalu sawah berubah menjadi lahan yang ditinggalkan.

Seperti teras sawah di Ifugao, sawah di Kampung Girsang membutuhkan air yang mengalir, tenaga yang tulus, dan cinta yang tak kenal pamrih.

Saat kamu berkunjung, datanglah bukan hanya sebagai turis yang mengambil gambar, tetapi juga sebagai sahabat yang memahami: di sinilah, kehidupan manusia bergantung pada keseimbangan alam.

Datanglah ke Kampung Girsang. Hirup udara segar di Bukit Simumbang, rasakan aroma kopi yang menenangkan, dan lihat bagaimana manusia bisa hidup berdampingan dengan alam.

Bawalah rasa ingin tahu, pulanglah dengan rasa hormat dan kagum. Karena di sinilah, setiap langkahmu adalah bagian dari perjuangan panjang untuk menjaga agar keajaiban hidup ini tetap lestari.

Jangan hanya menjadi penonton. Jadilah bagian dari cerita yang tak akan pernah selesai ditulis.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

Kamis, 30 Oktober 2025

Meet Damayanti Sinaga—Guiding You to the Soul of Sumatra

  

Damayanti’s Guests Explore Girsang Village

NINNA.ID-When you think of Sumatra, you may picture the vast volcanic Lake Toba, the lush jungles of Gunung Leuser, or the graceful Minangkabau houses of West Sumatra. But to truly experience this island, you need someone who can bring its stories to life. That is where Damayanti Sinaga — warmly known as Butet — steps in.

Who is Butet?

In Batak culture, Butet is a loving name for baby girls. For Damayanti, the name has become part of her identity and her guiding spirit. Born in Medan and raised in the Batak heartland, she now lives in Kampung Ulos Hutaraja, a traditional weaving village on Samosir Island, at the heart of Lake Toba.

Surrounded by breathtaking landscapes and a community rich in tradition, Damayanti’s passion for guiding was born. She often says:

“Lake Toba is not just a place, it’s a story waiting to be told.”

For her, guiding is not only about showing destinations, but about connecting people, cultures, and stories.

A Journey Rooted in Passion & Experience

Damayanti brings together a unique combination of professional expertise, community dedication, and cultural storytelling:

  • Experienced Tour Guide (2022–present)
    Specializing in Lake Toba, Samosir Island, Bukit Lawang, Berastagi, and West Sumatra. She curates journeys that mix adventure — like jungle treks and volcano hikes — with deep cultural immersion.
  • Seasoned Journalist & Writer (2012–present)
    With a decade as a reporter and editor at Harian Analisa and later as a content writer at NINNA.ID, Damayanti has honed her storytelling skills. She writes extensively about Lake Toba, tourism, and culture — turning every tour into a living story.
  • Community Educator & Leader
    Founder of Rumah Belajar Hutaraja, she teaches English and mentors local youth, ensuring that the next generation is ready to connect with the world through tourism.
  • Award-Winning Communicator
    Recipient of multiple journalism and academic awards, from the Airport Journalism Award (2014) to the Best Paper Award from Bank Indonesia (2022). Her background ensures professionalism, clarity, and a global outlook.

🌿 Her Guiding Philosophy: Sustainable & Meaningful Travel

As a proud daughter of Lake Toba, Damayanti believes that tourism must sustain, not consume. That means:

  • Encouraging eco-friendly travel behaviours.
  • Supporting local artisans, farmers, and businesses.
  • Promoting authentic cultural experiences over staged ones.

Every tour she leads is not just about visiting, but about contributing — ensuring that both visitors and local communities’ benefit.

[caption id="attachment_36257" align="alignnone" width="1920"]Damayanti’s Guests Visiting Rumah Belajar Hutaraja 
Damayanti’s Guests Visiting Rumah Belajar Hutaraja[/caption]

Exploring Sumatra with Damayanti

When you travel with Damayanti, expect more than just a guide. Expect a storyteller, interpreter, and bridge between you and the land.

[caption id="attachment_36260" align="alignnone" width="2560"]Damayanti’s Guests Visiting Pagaruyung West Sumatra Damayanti’s Guests Visiting Pagaruyung West Sumatra[/caption]

Her 11-day signature journey across Sumatra showcases the island’s diversity:

  • 🐘 Tangkahan – Bathing elephants and learning about conservation.
  • 🌳 Bukit Lawang – Trekking in Gunung Leuser National Park to encounter orangutans.
  • 🌋 Berastagi – Sunrise hike to Mount Sibayak and hot spring relaxation.
  • 🛶 Lake Toba & Samosir Island – Immersing in Batak traditions and village life.
  • 🍍 Padang Sidempuan – Plantation visits and scenic river walks.
  • 🎭 Bukittinggi & Pagaruyung – Minangkabau culture, royal heritage, and songket weaving.
  • 🌊 Padang – Waterfalls, seaside charm, and a farewell with lasting memories.

Throughout the journey, she weaves stories of history, culture, and everyday life — making the landscapes come alive.

[caption id="attachment_36258" align="alignnone" width="1920"]Damayanti’s Guests Visiting Bukit Lawang 
Damayanti’s Guests Visiting Bukit Lawang[/caption]

💬 Damayanti’s Promise

“I want travelers to see Sumatra not only with their eyes, but with their hearts. Every mountain, every village, every dance tells a story. As your guide, I am here to make sure you don’t just visit Sumatra — you connect with it.”

🌺 Travel with Damayanti

With Damayanti as your guide, you don’t just take a trip.
You discover, connect, and belong — even if only for a while — to the living story of Sumatra.

🌿 Travel with Damayanti Sinaga: Where every road tells a story, and every story brings you closer to Sumatra.

Minggu, 06 April 2025

Kampung Girsang Firdaus Tersembunyi Dekat Parapat Kawasan Danau Toba

 

Simalungun, NINNA.ID-Di Kawasan Danau Toba, tepatnya di Kampung Girsang yang dikenal orang dengan sebutan Girsang 1 dan Girsang 2, alam dan budaya saling berpelukan erat. Hijaunya sawah, aroma rempah dari hutan tropis, dan kokohnya Rumah Batak yang berumur ratusan tahun.

Semuanya menyatu membentuk simfoni kehidupan yang menenangkan hati dan menyejukkan mata. Inilah sekelumit dari keajaiban yang kami promosikan dalam upaya mendukung Danau Toba sebagai bagian dari jaringan Taman Bumi Dunia.

Bukit Simumbang: Menyapa Langit, Menyelami Hutan

Langkah kami terhenti sejenak di sebuah pondok sederhana di lereng Bukit Simumbang. Aplikasi My Elevation menunjukkan angka 1.196 meter di atas permukaan laut.

Bukit Simumbang 2 

Anak-anak berfoto di jalan menuju Bukit Simumbang.(foto:damayanti)[/caption]

Dari titik ini, mata kami disuguhkan panorama menakjubkan: Danau Toba yang luas berkilau di kejauhan dan kota Parapat yang terhampar seperti miniatur.

Namun, keindahan itu bukan satu-satunya yang ditawarkan bukit ini. Perjalanan ke Simumbang adalah petualangan spiritual—melintasi ladang-ladang yang ditanami padi, kopi, coklat, dan berbagai tanaman obat yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Di sini, hutan bukan hanya sumber oksigen, tapi juga apotek alami yang menyelamatkan warga selama pandemi. Jahe, kunyit, dan lengkuas menjadi andalan penguat daya tahan tubuh.

Menyusuri hutan ini, kami juga disambut suara alam: denting air sungai tadah hujan dan nyanyian burung Enggang dari kejauhan. Jika beruntung, kita bisa melihat Imbo (Siamang), beruang madu, atau binatang hutan lainnya yang masih setia menjaga rahasia Lembah dan Bukit.

Sitombom: Mosaik Hijau di Kaki Bukit

Di bawah Bukit Simumbang terbentang Sitombom, lembah kecil yang menjadi saksi gigihnya para petani Kampung Girsang . Nama "tombom" berarti jatuh, sesuai letaknya yang tersembunyi di kaki bukit.

SITOMBOM 
Provinsi Sumatera Utara (Sumut) memiliki potensi alam berupa tanaman pangan, palawija, perkebunan, dan lainnya. (foto: Damayanti)[/caption]

Tapi justru dari lembah inilah, kita melihat keindahan yang tak bisa ditolak: teras-teras sawah yang mengalir mengikuti kontur tanah, membentuk lukisan hidup dalam gradasi warna hijau.

Para petani di sini adalah seniman alam. Mereka menciptakan sistem pengairan dari sungai pegunungan dan menyulap tebing menjadi ladang padi.

Ini bukan hanya soal bertani—ini soal mempertahankan warisan, budaya kerja keras, dan filosofi "marsiadapari", gotong royong yang masih hidup hingga kini.

Mak Ober, salah satu petani senior, tampak berdiri memandangi padinya. Ia sedang menimbang, apakah panen sudah waktunya atau harus menunggu sinar matahari beberapa hari lagi.

Ketika kami bertanya, ia hanya tersenyum dan menunjuk langit. “Tanda-tandanya ada di sana,” katanya bijak.

Sigala-Gala: Di Antara Teras Sawah dan Semilir Angin

Nama Sigala-Gala diambil dari jenis tanaman yang mendominasi wilayah ini. Tempat ini adalah jalan penghubung antara Girsang 1 dan Girsang 2, serta pintu gerbang menuju air terjun yang tersembunyi.

Di sinilah pengunjung bisa berjalan di antara hamparan sawah, menghirup udara segar, dan menyaksikan petani bekerja dengan alat-alat tradisional: cangkul, parang, dan semangat tak tergoyahkan.

Perjalanan menuju Sigala-Gala mengajak kita menelusuri huta-huta yang masih mempertahankan Rumah Batak asli. Jalan bercabang ke kiri membawa kita ke Huta Simandalahi, sementara ke kanan menuju panorama sawah yang seolah tak berujung.

Terutama saat musim panen, warna-warna kuning keemasan dan hijau zamrud berpadu menciptakan keindahan yang nyaris tak tergambarkan.

Huta Simandalahi: Rumah-Rumah yang Bercerita

Di balik pepohonan dan ladang, berdirilah Huta Simandalahi. Kampung tua ini didirikan oleh keturunan Simandalahi bermarga Sinaga. Meski banyak keturunannya kini merantau, rumah-rumah Batak di sini tetap berdiri kokoh.

Dibangun tanpa paku, rumah-rumah ini menampung hingga 6 keluarga pada masa lampau, dan tetap jadi simbol keuletan dan arsitektur tradisional.

Di Kampung Girsang, bertani bukan sekadar profesi—ia adalah budaya dan filosofi hidup. Anak-anak sudah akrab dengan parang sejak kecil. Mereka diajarkan menanam, merawat, hingga memanen.

Proses panjang ini menjadi guru kehidupan, mengajarkan ketekunan dan keberanian. Bahkan ketika berhadapan dengan ular atau binatang berbisa, anak-anak desa ini tetap tenang dan terus melangkah. Mereka tidak hanya tumbuh bersama alam, mereka adalah bagian dari alam itu sendiri.

Girsang Kreatif

Potensi Kampung Girsang tak berhenti pada keindahan alam. Warganya aktif mengelola hasil pertanian menjadi komoditas unggulan.

Kopi, kakao, kemiri, jahe, hingga andaliman—semuanya dipasarkan secara langsung ke warung, pasar, bahkan wisatawan.

Beberapa warga sudah mulai mengolah hasil bumi menjadi produk siap saji seperti kue, kopi bubuk, dan masakan tradisional.

Kampung Girsang adalah napas segar di tengah geliat modernisasi. Ia tak hanya menampilkan lanskap memikat, tapi juga cerita-cerita kecil yang menggugah.

Dari Bukit Simumbang yang menyentuh awan, hingga senyuman hangat petani di tengah ladang, setiap sudut Kampung Girsang memanggil kita untuk datang, belajar, dan biarkan hatimu tinggal di Kampung Girsang.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

Rabu, 12 Maret 2025

Explore Lake Toba with Damayanti: Your Ultimate Tour Guide to an Unforgettable Journey

 Are you ready for an extraordinary adventure at Lake Toba, the largest volcanic lake in the world? Meet Damayanti, a seasoned and passionate tour guide who will take you on an immersive journey through the breathtaking landscapes, rich Batak culture, and hidden gems of Samosir Island.

Why Choose Damayanti as Your Guide?

With years of experience as a freelance tour guide, journalist, and community educator, Damayanti brings unparalleled expertise in storytelling, history, and local traditions. Her deep understanding of Batak heritage and eco-tourism makes her the perfect companion for those seeking an authentic and insightful exploration of Lake Toba.

A Tailored Experience Like No Other

Unlike generic tour packages, Damayanti curates personalized itineraries that cater to your interests and adventure level. Whether you're a culture enthusiast, a nature lover, or an adrenaline seeker, she ensures a well-rounded journey full of excitement and discovery.

Sample 4D3N Itinerary with Damayanti:

Lake Toba offers breathtaking scenery, the warmth of the local people, and the authentic richness of Batak culture. Lake Toba is more than just its vast and serene waters; it is a treasure trove of natural and cultural wonders. Among its many hidden riches is the diverse array of plant life that thrives around the lake.

Spanning across seven regencies—Simalungun, Samosir, Toba, Tapanuli Utara, Karo, Dairi, and Humbang Hasundutan—Lake Toba offers endless opportunities for exploration.

During your visit, you can focus on discovering the beauty of four regencies: Simalungun, Samosir, Dairi, and Toba, each offering unique experiences and landscapes.



Day 1:

  1. Pick up from Kualanamu Airport using Trans Highway Road
  2. Sidamanik Tea Garden (Simalungun Regency)
    • Explore the tea plantations
    • Have lunch and enjoy tea and coffee at the café around
  3. Bukit Simarjarunjung (Simarjarunjung Hill)
    • Panoramic views of Lake Toba from 1,300 meters above sea level.
  4. Tigaras Harbour
    • Starting point for the ferry to Samosir Island.
  5. Lake Toba Ferry Crossing
    • From Tigaras Harbour to Simanindo Harbour on Samosir Island.
  6. SiRulo Homestay
    • A homestay in Lumban Suhi-Suhi Village, Samosir Regency, by the lakeside.

Day 2:

  1. Tano Ponggol Bridge
    • Historic bridge connecting Sumatra to Samosir Island.
  2. Bukit Burung (Bird Hill)
    • Scenic spot near plantations with fantastic views.
  3. Avocado Plantation and Other Plantations
    • Explore avocado and other crops grown in Samosir.
  4. Bukit Holbung
    • Rolling green hills with panoramic views of Lake Toba.
  5. Aek Rangat Hot Springs
    • A relaxing natural hot spring in Pangururan.

 

Relaxing natural hot spring in Pangururan.[/caption]

Day 3:

  1. Nai Sogop Waterfall
    • Multi-tiered waterfall surrounded by tropical rainforest.
  2. Barbeque in SiRulo Homestay SiRulo 

  1. Lunch in Batak House[/caption]

Day 4:

  1. Tomok Market
  2. Tomok Harbour back to Kualanamu Airport

 

Barbeque in SiRulo Homestay[/caption]

A Memorable Journey Group from Malaysia

This itinerary has previously been carried out by a group from Malaysia. It was an early Monday morning when a group of travelers from Selangor, Malaysia, arrived at Kualanamu Airport. Drivers warmly greeted them.

From Kualanamu, the group embarked on a scenic drive to the Sidamanik Tea Gardens in Simalungun Regency. The lush green tea plantations, rich with history dating back to the Dutch colonial era, provided a serene backdrop for their lunch at the Sidamanik Tea Garden. Sipping on the locally renowned Tobasari and Butong teas, they savored both the flavors and the views.

Their journey continued with a stop at the breathtaking Simarjarunjung Hill. At an elevation of 1,300 meters, the panoramic views of Lake Toba left everyone in awe. As the sun began to set, they visited the vibrant Saribudolok Orange Plantation, marveling at the endless rows of fruit-laden trees.

The day concluded with a ferry ride across the tranquil waters of Lake Toba, from Tigaras Harbour to Simanindo Harbour. Upon arrival, the group settled into SiRulo Homestay, a charming lakeside retreat in Samosir Regency.

A delicious dinner and a briefing for the next day's activities brought the day to a close, leaving the group free to relax and enjoy the peaceful surroundings.

Exploring the Beauty of Samosir Island

Tuesday began with a delicious breakfast at SiRulo Homestay. The day’s itinerary was filled with exploration, starting with a visit to Tano Ponggol Bridge, the unique land link between Sumatra and Samosir Island.

They then ventured to Bukit Burung and other plantations, marveling at the natural beauty and agricultural abundance of the region.

Lunch was a special treat in traditional Batak house near Bukit Holbung in Jabu Siamun. The group spent the afternoon hiking the rolling green hills of Bukit Holbung, taking in breathtaking views of Lake Toba and its surroundings.

To cap off the day, the group relaxed at the Aek Rangat hot springs, soaking in the warm, mineral-rich waters and reflecting on the beauty of Samosir.

Discovering Hidden Gems

Wednesday’s adventure took the group to the secluded Nai Sogop Waterfall. After a scenic trek through dense tropical forests, they were greeted by the cascading waters and tranquil pools of this hidden gem.



Take picture with view around hill to Nai Sogop Waterfall[/caption]

They enjoyed a picnic-style lunch amidst the natural beauty, followed by a visit to Simbolon Village. The evening ended with a delightful barbecue at SiRulo Homestay, where the group shared stories and laughter under the starry sky.

A Farewell to Remember

On their final day, Thursday, the travelers bid farewell to the cozy SiRulo Homestay. Before leaving Samosir, they stopped by the Tomok Market to shop for souvenirs, taking home mementos of their unforgettable journey.

A ferry ride brought them back to Parapat, and from there, they made their way to Kualanamu Airport via the Siantar Toll Road, cherishing the memories of their time in Lake Toba.

The journey to Lake Toba was more than just a trip—it was a celebration of nature, culture, and fellowship. Each destination left an indelible mark on their hearts, making this an adventure they would treasure forever.

Book Your Tour with Damayanti Today!

As an expert in Batak culture, digital tourism, and storytelling, Damayanti doesn’t just guide—she brings the history and soul of Lake Toba to life. Whether you’re traveling solo, as a couple, or in a group, she ensures a personalized and memorable experience.

📩 Contact Damayanti Now to start your Lake Toba adventure! 

📍 Location: Samosir Island, North Sumatra, Indonesia 📞 Phone: 0852-9773-2855 📧

Email: damayantisinaga0@gmail.com

Experience the magic of Lake Toba like never before—through the eyes of a true local expert!

 

Rabu, 29 Januari 2025

Damayanti: An Experienced Tour Guide Bringing Lake Toba to Life

   

Lake Toba, with its breathtaking natural beauty and rich Batak cultural heritage, is one of Indonesia's top travel destinations. However, the true charm of this place is not only in its scenery but also in the stories and experiences it offers to visitors.

This is what makes Damayanti, a professional tour guide and Batak culture enthusiast, the perfect companion for your journey to explore the wonders of Lake Toba.

Meet Damayanti: A Tour Guide with an Educational Spirit

With years of experience as a freelance tour guide, Damayanti has taken travelers from around the world on unique cultural and natural explorations in Samosir.

Raised in this region, she possesses deep knowledge of Batak history, traditions, and local uniqueness, offering not just information but an authentic experience that is hard to find elsewhere.

In addition to being a tour guide, Damayanti is also an experienced journalist and content writer. Her storytelling skills allow her to bring Batak history and mythology to life during her guided tours. With her engaging narration, travelers can easily understand and appreciate the rich cultural heritage of the region.

Experience and Expertise

As an experienced tour guide, Damayanti offers a variety of services, including:

  • Cultural and Historical Tours: Taking visitors to traditional Batak villages like Huta Siallagan and Tomok to understand the philosophy of Batak life.
  • Nature Tourism: Organizing trips to stunning locations around Lake Toba, such as Bukit Holbung, Efrata Waterfall, and Sibandang Island.
  • Culinary and Traditional Arts: Providing an authentic taste of Batak cuisine and introducing travelers to traditional Gondang music and the Tor-Tor dance.
  • Eco-Tourism and Sustainable Travel: Promoting environmentally friendly tourism to preserve the natural beauty of Lake Toba.

Why Choose Damayanti?

  1. Experienced and Professional: With a background in journalism and tour guiding, Damayanti has exceptional communication skills and presents information in an engaging and insightful manner.
  2. Local, Authentic, and Knowledgeable: As a native of Samosir, Damayanti has deep connections with the local community and access to exclusive experiences that are not widely known to general tourists.
  3. Customer-Oriented: She ensures that travelers receive the best experience with warm, flexible, and insightful service.
  4. Multilingual: Fluent in Indonesian, English, and Batak, enabling her to communicate with international travelers.

Traveler Testimonials

Many travelers who have been guided by Damayanti have shared positive reviews about their experiences:

"Damayanti is the best tour guide I've ever met. She not only showed us beautiful places but also explained the history and culture in such an engaging way!" – Anna, Germany.

"Exploring Lake Toba with Damayanti made me feel like part of the local community. She knows the best spots and made our trip unforgettable." – James, Australia.

Contact and Start Your Adventure!

If you want to explore the beauty of Lake Toba with an expert and dedicated guide, Damayanti is the perfect choice. Contact her via email at damayantisinaga0@gmail.com or WhatsApp at 0852-9773-2855 to book an unforgettable tour!

Make your journey to Lake Toba more than just a trip—experience a meaningful and memorable adventure with Damayanti!




Jumat, 03 Januari 2025

Hutaraja Learning House: Hobby, Passion, and Care for Lake Toba

  

Hutaraja Learning House is a learning center located in Ulos Hutaraja Village. It was founded by Damayanti Sinaga as a medium to channel her hobby and passion for teaching English to children.

Besides her hobby and passion, Damayanti aims to help accelerate the development of local human resources in Lake Toba, especially in Samosir. She hopes the community can converse with tourists, particularly as Samosir, especially Ulos Village, is a popular tourist destination often visited by international travelers. Therefore, residents need to speak English to serve foreign guests well.

Students The majority of students at Hutaraja Learning House are elementary school children from Ulos Hutaraja Village. Some also come from outside the village, such as SDN 10 Lumban Suhi-Suhi and SD 22 Lumban Suhi-Suhi. For more than six months, children have been learning English for free, from August 2023 to January 2024. Starting in February 2024, a tuition fee of IDR 50,000 per child per month has been introduced. Currently, around 30 children actively study English, including over 20 elementary school students and five junior high school students.

Classes are held every Monday and Wednesday from 3:00 PM to 6:00 PM WIB, with elementary students attending from 3:00 to 4:25 PM and junior high students from 4:30 to 6:00 PM.

Lesson Materials The lesson materials are tailored to daily conversational needs, topic by topic. For example, when discussing the home, all household items are listed in English, and students must memorize the vocabulary. They are also required to construct sentences and read them aloud to improve their pronunciation.

This program helps prepare the younger generation to become guides capable of assisting foreign tourists.

Ulos Hutaraja Village, located within the Toba Caldera Geopark, has been designated a global tourist destination. President Jokowi has even designated Lake Toba as a Super Priority Destination. Therefore, improving local skills, especially English proficiency, is crucial.

The motivation to learn English must be boosted as the world becomes increasingly interconnected. Without proper education, children risk falling behind in terms of communication and access to information, which could lead to a lack of confidence.

Teaching English to children here is a strategic move to enhance critical thinking, competitiveness, and creativity. These skills are essential for handling the demands of a globalized world, especially in a tourism-focused area.

Challenges The main challenges faced include a lack of respect for time and lessons among the children. Despite the free initial classes, many parents were not supportive of their children's learning.

Nevertheless, Damayanti remains committed to maintaining the schedule and continues to engage with parents about the benefits the children have experienced and how the skills can be useful in life.

Limited resources such as books and teaching aids also impact the learning process. However, the core challenge remains the lack of appreciation for education.

Damayanti believes that if children have access to quality education, particularly English skills, they will be able to promote their local tourism industry and even pursue better job opportunities abroad.

This program aligns with the SDGs Goal 4: Quality Education, and Damayanti is committed to continuing it. She aspires to have a dedicated building for teaching children, as the current space belongs to a relative. Additionally, she hopes to establish a learning center in Girsang 1, where she first began teaching English to children.

Rabu, 18 Desember 2024

Amazing Journey: Four Days Three Nights Explore Lake Toba

  


NINNA.ID
-Lake Toba offers breathtaking scenery, the warmth of the local people, and the authentic richness of Batak culture. Lake Toba is more than just its vast and serene waters; it is a treasure trove of natural and cultural wonders. Among its many hidden riches is the diverse array of plant life that thrives around the lake.

Spanning across seven regencies—Simalungun, Samosir, Toba, Tapanuli Utara, Karo, Dairi, and Humbang Hasundutan—Lake Toba offers endless opportunities for exploration.

During your visit, you can focus on discovering the beauty of four regencies: Simalungun, Samosir, Dairi, and Toba, each offering unique experiences and landscapes.

Day 1:

  1. Pick up from Kualanamu Airport using Trans Highway Road
  2. Sidamanik Tea Garden (Simalungun Regency)
    • Explore the tea plantations
    • Have lunch and enjoy tea and coffee at the café around
  3. Bukit Simarjarunjung (Simarjarunjung Hill)
    • Panoramic views of Lake Toba from 1,300 meters above sea level.
  4. Tigaras Harbour
    • Starting point for the ferry to Samosir Island.
  5. Lake Toba Ferry Crossing
    • From Tigaras Harbour to Simanindo Harbour on Samosir Island.
  6. SiRulo Homestay
    • A homestay in Lumban Suhi-Suhi Village, Samosir Regency, by the lakeside.

Day 2:

  1. Tano Ponggol Bridge
    • Historic bridge connecting Sumatra to Samosir Island.
  2. Bukit Burung (Bird Hill)
    • Scenic spot near plantations with fantastic views.
  3. Avocado Plantation and Other Plantations
    • Explore avocado and other crops grown in Samosir.
  4. Bukit Holbung
    • Rolling green hills with panoramic views of Lake Toba.
  5. Aek Rangat Hot Springs
    • A relaxing natural hot spring in Pangururan.
[caption id="attachment_33463" align="alignnone" width="2560"]AEK RANGAT PANGURAN Relaxing natural hot spring in Pangururan.[/caption]

Day 3:

  1. Nai Sogop Waterfall
    • Multi-tiered waterfall surrounded by tropical rainforest.
  2. Barbeque in SiRulo Homestay
[caption id="attachment_33464" align="alignnone" width="2560"]Lunch in Batak House Lunch in Batak House[/caption]

Day 4:

  1. Tomok Market
  2. Tomok Harbour back to Kualanamu Airport
[caption id="attachment_32894" align="alignnone" width="2560"]Makan di Rumah Batak Dining at a Batak house is one of the fascinating experiences to enjoy while at Lake Toba.[/caption][caption id="attachment_33465" align="alignnone" width="1280"]JABU SIRULO Barbeque in SiRulo Homestay[/caption]

A Memorable Journey Group from Malaysia

This itinerary has previously been carried out by a group from Malaysia. It was an early Monday morning when a group of travelers from Selangor, Malaysia, arrived at Kualanamu Airport. Drivers warmly greeted them.

From Kualanamu, the group embarked on a scenic drive to the Sidamanik Tea Gardens in Simalungun Regency. The lush green tea plantations, rich with history dating back to the Dutch colonial era, provided a serene backdrop for their lunch at the Sidamanik Tea Garden. Sipping on the locally renowned Tobasari and Butong teas, they savored both the flavors and the views.

Their journey continued with a stop at the breathtaking Simarjarunjung Hill. At an elevation of 1,300 meters, the panoramic views of Lake Toba left everyone in awe. As the sun began to set, they visited the vibrant Saribudolok Orange Plantation, marveling at the endless rows of fruit-laden trees.

 

The day concluded with a ferry ride across the tranquil waters of Lake Toba, from Tigaras Harbour to Simanindo Harbour. Upon arrival, the group settled into SiRulo Homestay, a charming lakeside retreat in Samosir Regency.

A delicious dinner and a briefing for the next day's activities brought the day to a close, leaving the group free to relax and enjoy the peaceful surroundings.

Exploring the Beauty of Samosir Island

Tuesday began with a delicious breakfast at SiRulo Homestay. The day’s itinerary was filled with exploration, starting with a visit to Tano Ponggol Bridge, the unique land link between Sumatra and Samosir Island.

They then ventured to Bukit Burung and other plantations, marveling at the natural beauty and agricultural abundance of the region.

Lunch was a special treat in traditional Batak house near Bukit Holbung in Jabu Siamun. The group spent the afternoon hiking the rolling green hills of Bukit Holbung, taking in breathtaking views of Lake Toba and its surroundings.

To cap off the day, the group relaxed at the Aek Rangat hot springs, soaking in the warm, mineral-rich waters and reflecting on the beauty of Samosir.

Discovering Hidden Gems

Wednesday’s adventure took the group to the secluded Nai Sogop Waterfall. After a scenic trek through dense tropical forests, they were greeted by the cascading waters and tranquil pools of this hidden gem.

[caption id="attachment_33466" align="alignnone" width="1280"]Nai Sogop Take picture with view around hill to Nai Sogop Waterfall[/caption]

They enjoyed a picnic-style lunch amidst the natural beauty, followed by a visit to Simbolon Village. The evening ended with a delightful barbecue at SiRulo Homestay, where the group shared stories and laughter under the starry sky.

A Farewell to Remember

On their final day, Thursday, the travelers bid farewell to the cozy SiRulo Homestay. Before leaving Samosir, they stopped by the Tomok Market to shop for souvenirs, taking home mementos of their unforgettable journey.

A ferry ride brought them back to Parapat, and from there, they made their way to Kualanamu Airport via the Siantar Toll Road, cherishing the memories of their time in Lake Toba.

The journey to Lake Toba was more than just a trip—it was a celebration of nature, culture, and fellowship. Each destination left an indelible mark on their hearts, making this an adventure they would treasure forever.

Writer/Editor: Damayanti Sinaga

Selasa, 17 Desember 2024

Meet Damayanti Sinaga: A Passionate Guide Promoting Lake Toba

 Hello, my name is Damayanti Sinaga, but you can call me Butet. In Batak culture, “Butet” is a name often given to female babies, but as I’ve grown, it’s become a part of my identity. Though I’m no longer a baby, the name stuck, especially as many people outside the Batakcommunity call me Butet. Over time, I’ve come to embrace it.


I live in Kampung Ulos Hutaraja Pardamean, a charming village located on the beautiful Samosir Island, which is nestled next to the majestic Lake Toba in the highlands of North Sumatra. Living here, surrounded by natural beauty and rich cultural heritage, fills me with pride. It’s no wonder I’ve become passionate about sharing my home with others.

A Passion for Guiding and Promoting Lake Toba

One of the main reasons I became a tour guide is my deep desire to meet and connect with people from all over the world. Through guiding, I can introduce visitors to the wonders of Lake Toba, which holds a special place in my heart. This volcanic lake is not just a natural wonder; it’s a symbol of my heritage, and I want the world to see its beauty too.

By working as a guide, I can contribute to sustainable tourism, helping to preserve the region’s natural and cultural treasures while supporting the local community. I firmly believe that tourism can be a powerful force for good, and my role as a guide allows me to play an active part in making Lake Toba a top destination for travelers while ensuring it remains vibrant and thriving for generations to come.


A Lifelong Love for Learning and Sharing Knowledge

Aside from guiding, I have a love for reading, research, and continuous learning. I enjoy teaching and often spend my free time sharing knowledge with children in my community. It’s a hobby that brings me immense joy. I believe that learning is a lifelong journey, and I take every opportunity to expand my horizons by learning new languages and making friends from different parts of the world.

My previous experience as an editor at Analisa Newspaper, one of the largest newspapers in North Sumatra, has shaped my communication skills and deepened my understanding of the media and tourism industries. This experience, coupled with my love for storytelling and sharing local culture, has given me the confidence to guide visitors in a way that is both informative and welcoming.


Promoting Sustainable Tourism

As a local, I understand the importance of sustainable tourism and the impact it has on the environment, economy, and society. I want to show tourists the authentic beauty of Lake Toba while ensuring that tourism benefits the local community. Sustainable practices are at the heart of my tours, whether it’s encouraging responsible travel behaviors or supporting local businesses.

Every tour I lead is an opportunity to share the beauty of the land, the history of the Batak people, and the importance of preserving this unique destination. Lake Toba is more than just a place; it’s a story waiting to be told. Through my tours, I hope to help visitors connect with this place in meaningful and lasting ways.



Conclusion: Welcoming the World to Lake Toba

Through my work, I aim to make Lake Toba not just a destination, but an experience that visitors will cherish forever. Whether it’s through a scenic tour of the lake or a cultural walk through my village, I want each traveler to leave with a deeper appreciation of the beauty and culture of North Sumatra.

As I continue to learn, grow, and connect with people from all corners of the globe, I invite you to visit Lake Toba and experience it through my eyes. Let’s create lasting memories together and help make sustainable tourism a priority for everyone.

Thank you for taking the time to get to know me. I look forward to sharing the wonders of Lake Toba with you.

 

认识达玛扬蒂·西纳加:一位热情的导游,致力于推广多巴湖

大家好,我叫达玛扬蒂·西纳加,但你可以叫我“布特”(Butet)。在巴塔克文化中,“布特”通常是给女婴取的名字。虽然我已不再是婴儿,但这个名字一直伴随着我,尤其是许多非巴塔克社群的人更习惯称呼我“布特”。随着时间的推移,我也接受了这个名字,并将它作为我身份的一部分。

我住在坎榜乌洛斯胡塔拉贾帕尔达曼(Kampung Ulos Hutaraja Pardamean),这是一个风景如画的村庄,位于美丽的苏门答腊北部高地多巴湖旁的萨摩西尔岛。生活在这里,被自然美景和丰富的文化遗产环绕,让我感到无比自豪。难怪我对与他人分享我的家乡充满热情。


热爱导游事业与推广多巴湖

我成为导游的主要原因之一是我非常渴望与来自世界各地的人们见面和交流。通过导游工作,我可以向游客介绍多巴湖的奇迹,这个火山湖在我心中占据特殊的位置。这不仅是一个自然奇观,更是我的文化遗产的象征,我希望世界也能见证它的美丽。

通过从事导游工作,我可以为可持续旅游做出贡献,帮助保护该地区的自然和文化财富,同时支持当地社区。我坚信,旅游业可以成为一种积极的力量,而作为一名导游,我可以积极参与其中,让多巴湖成为旅行者心中的首选目的地,同时确保它的活力和繁荣能够世代传承。


终身热爱学习与分享知识

除了导游工作,我还热爱阅读、研究和持续学习。我喜欢教学,经常利用闲暇时间与社区的孩子们分享知识。这是一个让我感到无比快乐的爱好。我相信学习是一个终身的旅程,我抓住每一个机会,通过学习新语言和结交来自世界各地的朋友来拓展自己的视野。

我之前在北苏门答腊最大的报纸之一《分析报》(Analisa Newspaper)担任编辑的经历,锻炼了我的沟通能力,并加深了我对媒体和旅游行业的理解。这段经历,再加上我对讲故事和分享本地文化的热爱,让我有信心以既具信息性又热情友好的方式引导游客。


推广可持续旅游

作为一名本地人,我深知可持续旅游的重要性及其对环境、经济和社会的影响。我希望向游客展示多巴湖的原始之美,同时确保旅游业惠及当地社区。可持续的实践是我每次导游活动的核心,无论是鼓励负责任的旅行行为,还是支持本地企业。

每一次带团都是一个分享这片土地美景、巴塔克人历史及保护这一独特目的地重要性的机会。多巴湖不仅仅是一个地方,它是一段等待被讲述的故事。通过我的导游工作,我希望帮助游客以深刻和持久的方式与这个地方建立联系。


结语:欢迎世界来到多巴湖

通过我的工作,我的目标是让多巴湖不仅成为一个旅游目的地,更成为一个让游客永生难忘的体验。无论是多巴湖的湖景游,还是穿越我村庄的文化之旅,我希望每一位旅行者都能带着对北苏门答腊美丽和文化的更深理解离开这里。

在我继续学习、成长并与来自世界各地的人们交流的过程中,我诚挚邀请你们来到多巴湖,通过我的视角感受它的魅力。让我们一起创造难忘的回忆,并共同推动可持续旅游成为每个人的优先事项。

感谢你花时间了解我。我期待与您分享多巴湖的奇妙之处!

Kamis, 12 Desember 2024

Huta Simandalahi, Bukti Kisah Keturunan Toga Sinaga Berpencar dari Samosir Menuju Girsang 1 Simalungun

Simalungun, NINNA.ID– Suku Batak dikenal sebagai orang yang senang merantau, berpencar. Alasan utama biasanya untuk membuka lahan atau mencari kehidupan yang lebih baik. Demikian halnya keturunan Toga Sinaga. Toga Sinaga merupakan keturunan Raja Batak.

Silsilah Dimulai Raja Batak

Dari yang bermukim di Pusuk Buhit, keturunannya berpencar ke berbagai desa di Pulau Samosir. Salah satunya yakni Toga Sinaga bermukim di Desa Urat di Pulau Samosir.

Lama-kelamaan, keturunan Toga Sinaga pun menyebrangi Danau Toba lalu bermukim di Kabupaten Simalungun.

Dimulai dari membuka perkampungan atau huta yang ada di Sibaganding hingga menyebar ke wilayah Girsang Sipanganbolon lainnya.

Sekalipun keturunan Sinaga tersebut adalah suku Batak Toba, kenyataannya secara administrasi wilayah tersebut masuk wilayah Kabupten Simalungun.

Silsilah Toga Sinaga

Berdasarkan keterangan yang didapat dari generasi ke-13 Simandalahi yakni Samsudin Parulian Ganda Sinaga, Simandalahi merupakan keturunan dari Suhut Nihuta.





Ia menjelaskan, Suhut Nihuta punya empat anak laki-laki. Salah satunya Sorak Maunok. Sorak Maunok belakangan punya anak laki-laki yang dinamai Suhut Maraja.

Suhut Maraja memiliki dua istri. Istri pertama boru Sihotang yang memberinya putra bernama Sidasuhut dan Sidallogan.

Karena boru Sihotang meninggal, ia memperistri boru Manurung yang melahirkan Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.

Jejak dari keturunan Suhut Maraja ini dapat kita temukan hingga sekarang di Kecamatan Girsang Sipanganbolon. Ada kampung atau huta yang bernama Sidasuhut, Sidallogan, Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.

Huta yang dinamai Simaibang terdapat di Sipanganbolon. Huta yang dinamai Simandalahi terdapat di Girsang, Sipanganbolon, Bangun Dolok, dan Hasinggaan.

Huta Simandalahi

Hingga sekarang kita bisa menyaksikan tapak tilas keturunan Suhut Maraja bernama Simandalahi di Girsang 1 yakni di Huta Simandalahi.

Huta ini berada di ujung jalan Girsang 1, jalur sebelah kiri dari Pohon Hariara (Beringin).


Huta Simandalahi

Salah seorang traveler berkunjung ke Huta Simandalahi (foto ©Damayanti)

Setidaknya ada tiga Rumah Batak yang masih bisa kita lihat di Huta Simandalahi.

Kebanyakan keturunan Sinaga di Huta Simandalahi merantau atau berpencar ke tempat lain. Meski begitu, Huta Simandalahi statusnya masih milik marga Sinaga Simandalahi.

Tidak ada kisah kanibalisme atau hukuman mati seperti di Huta Siallagan pernah terjadi di Huta Simandalahi.

Ukuran rumahnya juga cenderung sama satu sama lain. Motif dan warna juga demikian.

Dapat disimpulkan Raja bernama Simandalahi dan keturunannya tidak terlalu menonjol dalam banyak hal.

Sekalipun demikian, sebagaimana suku Batak lainnya, keturunan Simandalahi hidup dari sektor pertanian.

Di sekitar Huta Simandalahi, ada banyak pepohonan lebat yang dapat dipastikan ditanam oleh Simandalahi dan keturunannya di masa silam.

Saat kita berkunjung kesini, kita akan melihat kebun-kebun sekitar berisi pohon durian, petai, kopi, nira dan lainnya.

Silsilah Penting bagi Suku Batak

Bagi orang Batak, tarombo atau silsilah sangat penting untuk menentukan kedekatan satu dengan lainnya.

Raja Bataklah yang mulai melestarikan silsilah yang dalam Bahasa Batak disebut Tarombo.

Huta Simandalahi

Tarombo ditulis dalam Pustaha Laklak berisi bagan tentang keturunan Raja Batak hingga ke beberapa generasi.

Jika kita perhatikan Tarombo dari Raja Batak hingga Simandalahi jelas bahwa orang Batak berasal dari leluhur yang sama. Berawal dari Siraja Batak kemudian berkembang menjadi marga-marga.

Hingga catatan silsilah berdasarkan garis keturunan ini lazim disimpan dan dituliskan dari generasi ke generasi.

Dapat dikatakan dari sekian banyak suku di Indonesia, suku Batak memiliki hasrat bawaan untuk mengetahui leluhurnya dan melestarikan nama keluarganya.

Itu sebabnya, saat berjumpa dengan sesama Batak, yang kerap ditanya adalah marga, bukan nama.

Selain itu, bagi orang Batak sangat penting punya anak laki-laki yang meneruskan nama keluarga atau marga.

Jika kelak Sobat Ninna berkunjung ke Huta Simandalahi atau jumpa dengan marga Simandalahi, ingatlah bahwa mereka adalah keturunan Toga Sinaga, marga atau boru Sinaga. Sudah tentu mereka pun adalah keturunan Raja Batak.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

 

 

Tugu Toga Sinaga: Potensi Besar untuk Geopark dan Pemberdayaan Ekonomi

Samosir, NINNA.ID-Hari itu aku diundang sama Pak Wilmar Simanjorang menghadiri acara seremonial penanaman pohon di Tugu Toga Sinaga. Untuk pertama kalinya aku masuk ke Tugu Toga Sinaga.

Sebenarnya sudah sering melintas di depan gerbang tugu ini. Sering melihat banyak peziarah di dalam tugu. Kali ini, aku memutuskan untuk memuaskan rasa penasaran seperti apa Tugu Sinaga itu.

Begitu tiba, aku melihat areal parkiran Tugu Toga Sinaga sangat luas. Ratusan mobil bisa muat di areal parkiran ini. Lokasi ini sangat cocok untuk diadakan acara besar seperti pesta rakyat.

Selain itu, ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan di areal tugu ini. Karena areal ini milik bersama yakni semua keturunan Sinaga, tempat ini berpeluang akan didatangi oleh generasi Sinaga baik sekarang maupun di masa depan.


Tugu Toga Sinaga Tugu Toga Sinaga dilihat dari bawah (foto: Damayanti)[/caption]

Warisan Leluhur
Lagipula, jika tugu ini dijadikan sebagai daya tarik wisata dan pemberdayaan ekonomi, cita-cita Geopark dapat terwujud di sini. Sebab, tujuan Kawasan Danau Toba dijadikan sebagai Geopark supaya apapun yang ada di atas bumi Kawasan Danau Toba dapat diwariskan ke generasi mendatang.

Bila sejarah, cerita dan tugu ini bisa diwariskan ke generasi mendatang maka tergenaplah cita-cita Geopark di tugu ini. Lewat tugu ini, generasi Sinaga sekarang maupun yang akan datang dapat mempelajari sejarah asal mula marga Sinaga dari generasi ke generasi.

Narasi tentang sejarah pembangunan tugu, makna simbolisnya, serta kontribusinya terhadap komunitas marga Sinaga menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan.

Fasilitas
Hal lain yang mendukung Tugu Toga Sinaga dijadikan sebagai daya tarik wisata karena berada di kawasan strategis Pulau Samosir di pinggiran Danau Toba.

[caption id="attachment_33263" align="alignnone" width="960"]RUMAH BATAK TUGU TOGA SINAGA Jabu Bolon atau Rumah Batak yang juga menambah daya tarik Tugu Toga Sinaga (foto: Damayanti)[/caption]

Areal seluas 1 hektar ini di dalamnya terdapat Tugu Toga Sinaga, Rumah Batak, Arboretum Mini Endemik Batak, tempat perkemahan, ruang pertemuan serta lapangan luas untuk kegiatan budaya dan pariwisata serta kegiatan sosial lainnya.

[caption id="attachment_33107" align="alignnone" width="1280"]GERAKAN PENGHIJAUAN PPTSB1 Suasana di Tugu Toga Sinaga pada Sabtu, 30 November 2024 gerakan penghijauan di Samosir yang dilaksanakan secara simbolis. (Foto ©Damayanti)[/caption]

Sebagai simbol kebanggaan marga Sinaga, tugu ini tidak hanya menghadirkan keindahan arsitektur, tetapi juga menawarkan pengalaman wisata yang penuh nilai budaya dan alam.

Potensi Pengembangan

Saat ini, Tugu Toga Sinaga menjadi tempat ziarah dan rekreasi bagi keturunan marga Sinaga, penduduk lokal, dan wisatawan yang tertarik dengan budaya Batak. Bisnis yang telah berjalan di kawasan ini mencakup penyewaan area dan penerimaan sumbangan pengunjung.

Upaya pengembangan perlu ditingkatkan agar fasilitas di tugu ini dapat terawat dengan baik dan memberikan dampak ekonomi lebih luas kepada masyarakat sekitar.

Dalam rencana pengembangan, berbagai strategi telah dirancang, di antaranya:

1. Fasilitas Pendukung:
o Pusat Informasi Budaya untuk menyajikan sejarah dan filosofi marga Sinaga.
o Spot foto Instagramable dengan elemen budaya Batak.
o Warung kuliner khas Batak ataupun warung kopi maupun tuak (minuman khas Batak)

2. Promosi Digital dan Branding:
o Pembuatan tur virtual dan peta interaktif berbasis QR code. Sebelum wisatawan memutuskan untuk datang ke Tugu, mereka dapat melihat seperti apa Tugu Toga Sinaga.
o Kampanye di media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dengan konten video kreatif.
o Kolaborasi dengan agen perjalanan dan pemandu wisata untuk memasukkan Tugu Toga Sinaga dalam paket wisata Danau Toba.

3. Kemitraan dengan Komunitas Lokal:
o Memberdayakan masyarakat sekitar sebagai pemandu wisata, pengrajin souvenir, pengelola kantin atau warung dan pelaku usaha wisata lainnya.
o Memberdayakan masyarakat mengembangkan homestay tradisional dengan arsitektur rumah adat Batak di sekitar Tugu Toga Sinaga.

Peluang dan Tantangan
Di Samosir, ada banyak desa wisata dirintis, tetapi untuk mempertahankan usaha di desa wisata terus berkesinambungan itu sulit. Demikian pula Tugu Toga Sinaga. Sudah menjadi tugu yang memiliki daya tarik dan didatangi berbagai kalangan.

Dengan potensi besar sebagai destinasi wisata, Tugu Toga Sinaga diharapkan mampu menarik lebih banyak wisatawan lokal dan internasional.

Untuk merealisasikan hal ini, perlu adanya standar pelayanan yang konsisten, peningkatan keamanan dan kenyamanan pengunjung, serta sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Dinas Pariwisata dan Kementerian Pariwisata.

Tugu Toga Sinaga bukan hanya monumen budaya, tetapi juga simbol persatuan dan kebanggaan marga Sinaga. Dengan pengelolaan yang tepat, tugu ini dapat menjadi ikon wisata baru yang memperkuat citra Danau Toba khususnya Samosir.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

Rabu, 11 Desember 2024

Perjalanan Menakjubkan Tamu dari Malaysia ke Danau Toba: Dari Kuala Lumpur ke Pesona Sumatra Utara

 

Perjalanan tamu kami dari Malaysia bernama Zali ke Danau Toba, berlangsung selama empat hari dari 19 November hingga 22 November 2024. Perjalanannya juga direkam dalam channel videonya.

Dengan latar belakang keindahan alam, budaya yang kaya, dan keramahan penduduk lokal, perjalanan ini menawarkan pengalaman yang tak terlupakan.

Hari 1: Dari Kualanamu ke Kebun Teh Sidamanik, Simarjarunjung

Pada hari pertama, Bang Zali tiba di Bandara Kualanamu dan dijemput oleh supir lokal, Abednego. Setelah menikmati makanan halal di sekitar bandara, perjalanan berlanjut menuju Kebun Teh Sidamanik di Kabupaten Simalungun. Tempat ini terkenal sebagai salah satu perkebunan teh terbesar di Indonesia dengan pemandangan hijau yang memukau.

Di perjalanan, Bang Zali sempat singgah di Bukit Simarjarunjung, yang menawarkan pemandangan spektakuler Danau Toba dari ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut. Hari ditutup dengan makan malam dan briefing singkat tentang kegiatan esok hari.

Hari 2: Menjelajahi Samosir dan Budaya Batak

Bang Zali memulai hari dengan sarapan di SiRulo Homestay, penginapan yang nyaman dengan pemandangan langsung ke Danau Toba. Agenda hari ini mencakup kunjungan ke Kampung Ulos Hutaraja, tempat pengrajin lokal memproduksi kain ulos yang indah, simbol budaya Batak.

Perjalanan dilanjutkan ke Tano Ponggol Bridge, jembatan penghubung Sumatra dengan Pulau Samosir, dan eksplorasi ke Bukit Sibea-bea yang terkenal dengan panorama perbukitan dan patung Kristus. Hari kedua diakhiri dengan petualangan ke Air Terjun Nai Sogop, destinasi tersembunyi yang mempesona dengan air terjun bertingkat dan kolam alami yang jernih.

Hari 3: Bukit Holbung 

Hari ketiga membawa Bang Zali ke Bukit Holbung, yang dikenal dengan hamparan bukit hijau bergelombang dan pemandangan danau yang menakjubkan. Setelah makan siang di sekitar Bukit Holbung, perjalanan berlanjut ke Aek Rangat Pangururan, sumber air panas alami di Samosir. Malam hari diisi dengan barbeque santai di SiRulo Homestay, memberikan waktu untuk bercengkerama atau beristirahat.


Hari 4: Menutup Perjalanan dengan Lintas Danau

Hari terakhir dimulai dengan menyeberang dari Pelabuhan Tomok di Samosir menuju Parapat dengan kapal feri. Perjalanan dilanjutkan ke Bandara Kualanamu melalui jalur tol. Meskipun singkat, perjalanan ini penuh dengan pengalaman yang memperkaya jiwa.

Kenangan yang Berharga

Perjalanan Bang Zali ke Danau Toba adalah contoh sempurna bagaimana alam, budaya, dan tradisi dapat menciptakan petualangan yang tak terlupakan. Danau Toba tidak hanya menawarkan keindahan pemandangan, tetapi juga kehangatan masyarakat lokal dan kekayaan budaya Batak yang autentik.

Bagi Anda yang ingin mengikuti jejak Bang Zali, Danau Tobamenanti dengan segala pesonanya!

Hubungi kami di nomor Whatsapp 085297732855

Google Maps

https://g.page/r/CYq2M0iYcNQ2EAI/

Website

https://easygotolaketoba.com

 Whatsapp

https://wa.me/6285297732855?text=Hallo Damayanti..."

 

 

Kampung Girsang Napak Tilas Sejarah, Jejak Budaya, dan Pesona Alam di Pelukan Geopark Kaldera Toba

         Simalungun, NINNA.ID-  Tidak jauh dari Pantai Bebas Parapat, sekitar 7 menit perjalanan, terdapat sebuah kampung yang seakan-akan m...