Selamat Datang di Blog EasyGotoLakeToba

Tampilkan postingan dengan label Lake toba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Lake toba. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 Desember 2024

Huta Simandalahi, Bukti Kisah Keturunan Toga Sinaga Berpencar dari Samosir Menuju Girsang 1 Simalungun

Simalungun, NINNA.ID– Suku Batak dikenal sebagai orang yang senang merantau, berpencar. Alasan utama biasanya untuk membuka lahan atau mencari kehidupan yang lebih baik. Demikian halnya keturunan Toga Sinaga. Toga Sinaga merupakan keturunan Raja Batak.

Silsilah Dimulai Raja Batak

Dari yang bermukim di Pusuk Buhit, keturunannya berpencar ke berbagai desa di Pulau Samosir. Salah satunya yakni Toga Sinaga bermukim di Desa Urat di Pulau Samosir.

Lama-kelamaan, keturunan Toga Sinaga pun menyebrangi Danau Toba lalu bermukim di Kabupaten Simalungun.

Dimulai dari membuka perkampungan atau huta yang ada di Sibaganding hingga menyebar ke wilayah Girsang Sipanganbolon lainnya.

Sekalipun keturunan Sinaga tersebut adalah suku Batak Toba, kenyataannya secara administrasi wilayah tersebut masuk wilayah Kabupten Simalungun.

Silsilah Toga Sinaga

Berdasarkan keterangan yang didapat dari generasi ke-13 Simandalahi yakni Samsudin Parulian Ganda Sinaga, Simandalahi merupakan keturunan dari Suhut Nihuta.





Ia menjelaskan, Suhut Nihuta punya empat anak laki-laki. Salah satunya Sorak Maunok. Sorak Maunok belakangan punya anak laki-laki yang dinamai Suhut Maraja.

Suhut Maraja memiliki dua istri. Istri pertama boru Sihotang yang memberinya putra bernama Sidasuhut dan Sidallogan.

Karena boru Sihotang meninggal, ia memperistri boru Manurung yang melahirkan Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.

Jejak dari keturunan Suhut Maraja ini dapat kita temukan hingga sekarang di Kecamatan Girsang Sipanganbolon. Ada kampung atau huta yang bernama Sidasuhut, Sidallogan, Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.

Huta yang dinamai Simaibang terdapat di Sipanganbolon. Huta yang dinamai Simandalahi terdapat di Girsang, Sipanganbolon, Bangun Dolok, dan Hasinggaan.

Huta Simandalahi

Hingga sekarang kita bisa menyaksikan tapak tilas keturunan Suhut Maraja bernama Simandalahi di Girsang 1 yakni di Huta Simandalahi.

Huta ini berada di ujung jalan Girsang 1, jalur sebelah kiri dari Pohon Hariara (Beringin).


Huta Simandalahi

Salah seorang traveler berkunjung ke Huta Simandalahi (foto ©Damayanti)

Setidaknya ada tiga Rumah Batak yang masih bisa kita lihat di Huta Simandalahi.

Kebanyakan keturunan Sinaga di Huta Simandalahi merantau atau berpencar ke tempat lain. Meski begitu, Huta Simandalahi statusnya masih milik marga Sinaga Simandalahi.

Tidak ada kisah kanibalisme atau hukuman mati seperti di Huta Siallagan pernah terjadi di Huta Simandalahi.

Ukuran rumahnya juga cenderung sama satu sama lain. Motif dan warna juga demikian.

Dapat disimpulkan Raja bernama Simandalahi dan keturunannya tidak terlalu menonjol dalam banyak hal.

Sekalipun demikian, sebagaimana suku Batak lainnya, keturunan Simandalahi hidup dari sektor pertanian.

Di sekitar Huta Simandalahi, ada banyak pepohonan lebat yang dapat dipastikan ditanam oleh Simandalahi dan keturunannya di masa silam.

Saat kita berkunjung kesini, kita akan melihat kebun-kebun sekitar berisi pohon durian, petai, kopi, nira dan lainnya.

Silsilah Penting bagi Suku Batak

Bagi orang Batak, tarombo atau silsilah sangat penting untuk menentukan kedekatan satu dengan lainnya.

Raja Bataklah yang mulai melestarikan silsilah yang dalam Bahasa Batak disebut Tarombo.

Huta Simandalahi

Tarombo ditulis dalam Pustaha Laklak berisi bagan tentang keturunan Raja Batak hingga ke beberapa generasi.

Jika kita perhatikan Tarombo dari Raja Batak hingga Simandalahi jelas bahwa orang Batak berasal dari leluhur yang sama. Berawal dari Siraja Batak kemudian berkembang menjadi marga-marga.

Hingga catatan silsilah berdasarkan garis keturunan ini lazim disimpan dan dituliskan dari generasi ke generasi.

Dapat dikatakan dari sekian banyak suku di Indonesia, suku Batak memiliki hasrat bawaan untuk mengetahui leluhurnya dan melestarikan nama keluarganya.

Itu sebabnya, saat berjumpa dengan sesama Batak, yang kerap ditanya adalah marga, bukan nama.

Selain itu, bagi orang Batak sangat penting punya anak laki-laki yang meneruskan nama keluarga atau marga.

Jika kelak Sobat Ninna berkunjung ke Huta Simandalahi atau jumpa dengan marga Simandalahi, ingatlah bahwa mereka adalah keturunan Toga Sinaga, marga atau boru Sinaga. Sudah tentu mereka pun adalah keturunan Raja Batak.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

 

 

Rabu, 11 Desember 2024

Perjalanan Menakjubkan Tamu dari Malaysia ke Danau Toba: Dari Kuala Lumpur ke Pesona Sumatra Utara

 

Perjalanan tamu kami dari Malaysia bernama Zali ke Danau Toba, berlangsung selama empat hari dari 19 November hingga 22 November 2024. Perjalanannya juga direkam dalam channel videonya.

Dengan latar belakang keindahan alam, budaya yang kaya, dan keramahan penduduk lokal, perjalanan ini menawarkan pengalaman yang tak terlupakan.

Hari 1: Dari Kualanamu ke Kebun Teh Sidamanik, Simarjarunjung

Pada hari pertama, Bang Zali tiba di Bandara Kualanamu dan dijemput oleh supir lokal, Abednego. Setelah menikmati makanan halal di sekitar bandara, perjalanan berlanjut menuju Kebun Teh Sidamanik di Kabupaten Simalungun. Tempat ini terkenal sebagai salah satu perkebunan teh terbesar di Indonesia dengan pemandangan hijau yang memukau.

Di perjalanan, Bang Zali sempat singgah di Bukit Simarjarunjung, yang menawarkan pemandangan spektakuler Danau Toba dari ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut. Hari ditutup dengan makan malam dan briefing singkat tentang kegiatan esok hari.

Hari 2: Menjelajahi Samosir dan Budaya Batak

Bang Zali memulai hari dengan sarapan di SiRulo Homestay, penginapan yang nyaman dengan pemandangan langsung ke Danau Toba. Agenda hari ini mencakup kunjungan ke Kampung Ulos Hutaraja, tempat pengrajin lokal memproduksi kain ulos yang indah, simbol budaya Batak.

Perjalanan dilanjutkan ke Tano Ponggol Bridge, jembatan penghubung Sumatra dengan Pulau Samosir, dan eksplorasi ke Bukit Sibea-bea yang terkenal dengan panorama perbukitan dan patung Kristus. Hari kedua diakhiri dengan petualangan ke Air Terjun Nai Sogop, destinasi tersembunyi yang mempesona dengan air terjun bertingkat dan kolam alami yang jernih.

Hari 3: Bukit Holbung 

Hari ketiga membawa Bang Zali ke Bukit Holbung, yang dikenal dengan hamparan bukit hijau bergelombang dan pemandangan danau yang menakjubkan. Setelah makan siang di sekitar Bukit Holbung, perjalanan berlanjut ke Aek Rangat Pangururan, sumber air panas alami di Samosir. Malam hari diisi dengan barbeque santai di SiRulo Homestay, memberikan waktu untuk bercengkerama atau beristirahat.


Hari 4: Menutup Perjalanan dengan Lintas Danau

Hari terakhir dimulai dengan menyeberang dari Pelabuhan Tomok di Samosir menuju Parapat dengan kapal feri. Perjalanan dilanjutkan ke Bandara Kualanamu melalui jalur tol. Meskipun singkat, perjalanan ini penuh dengan pengalaman yang memperkaya jiwa.

Kenangan yang Berharga

Perjalanan Bang Zali ke Danau Toba adalah contoh sempurna bagaimana alam, budaya, dan tradisi dapat menciptakan petualangan yang tak terlupakan. Danau Toba tidak hanya menawarkan keindahan pemandangan, tetapi juga kehangatan masyarakat lokal dan kekayaan budaya Batak yang autentik.

Bagi Anda yang ingin mengikuti jejak Bang Zali, Danau Tobamenanti dengan segala pesonanya!

Hubungi kami di nomor Whatsapp 085297732855

Google Maps

https://g.page/r/CYq2M0iYcNQ2EAI/

Website

https://easygotolaketoba.com

 Whatsapp

https://wa.me/6285297732855?text=Hallo Damayanti..."

 

 

Rabu, 13 November 2024

Easy Go Tour Travel Offers the Cheapest Packages to Explore Lake Toba

   



Detail Information about the destinations

Talking about Lake Toba is not limited to its waters. Lake Toba has many untold riches. One of them is various types of plants. 7 regencies are covering the whole Lake Toba: Simalungun Regency, Samosir Regency, Toba Regency, Tapanuli Utara Regency, Karo Regency, Dairi Regency and Humbang Hasundutan Regency. You may explore 4 regencies during your destinations: Simalungun, Samosir, Dairi and Toba.

Sidamanik Tea Garden

Lake Toba has the second-largest tea plantation area in Indonesia. It is named Sidamanik Tea Garden because it is located in Sidamanik District, Simalungun Regency. Simalungun is one of seven regencies crossed by the waters of Lake Toba.

History states that this tea plantation was opened during the Dutch colonial period in Indonesia. Sidamanik Tea Plantation was founded by the Dutch East India Company (Dutch: Vereenigde Oostindische Compagnie. Abbreviated VOC).

Many tourists visit this garden to see the beautiful landscape. You will fall in love to see the scenery here.


Just close to Sidamanik Tea Garden is Sidamanik Tea Garden CafĂ©. The view is great. You may order the original tea Sidamanik here to drink and to bring as a gift back from Lake Toba.

There are two brands of tea: Tobasari Tea and Butong Tea.

Bah Biak Water Fall

Bah Biak Waterfall is in the Bah Butong Tea Plantation area. For some people they would not have thought that in the tea plantation area, there is a beautiful waterfall.

This waterfall is one of the most visited tourist destinations, especially on weekends and holidays.

Sidamanik Waterfall is said to have existed since ancient times. The charm of its natural beauty can captivate anyone who sees it.

Saribudolok Orange Plantation

You may know that Karo Regency is well known the source of orange. But the fact, Simalungun Regency is the biggest producer of orange and has the biggest area of orange plantations. Not far from Sidamanik, you will see many of orange trees.

Most of the people who live in Batak Homeland, rely on farming. They grow many types of plants. In Karo and Simalungun, both rely on oranges. You will always see the orange trees during your way when you explore those places.

Tigaras Harbour 

Tigaras Harbour or Port is in Simalungun Regency and is included in the Lake Toba KSPN. There are facilities in the form of a Sky Bridge that is directly connected to the Terminal Building which is used as a viewing area for. This harbour connects to Simanindo Harbour, Samosir Regency.

SiRulo Homestay Samosir

SiRulo Homestay is our brother Rudiman Sihalo’s homestay. The location is in Lumban Suhi-Suhi Village, Samosir. The homestay is close to the lakeside where you can see the view of Lake Toba in front of your eyes. You can swim, canoe, and fishing here.

Bukit Holbung

We will visit Bukit Holbung, which is renowned for its lush, rolling hills that seem to stretch endlessly. These hills, cloaked in a sea of green, create a serene and picturesque landscape that is perfect for those seeking tranquility.

The panoramic views from the hilltops are nothing short of breathtaking, making them an ideal spot for photographers and nature lovers. Whether you are an avid hiker or just looking for a peaceful retreat, the verdant hills of Bukit Holbung are sure to captivate your senses.



Tano Ponggol Bridge

A Vital Link Between Sumatra and Samosir

The Tano Ponggol Bridge is more than just an ordinary bridge. It serves as the main gateway connecting Sumatra Island to Samosir Island in Lake Toba via land. As the only land access to Samosir, the Tano Ponggol Bridge allows you to drive directly without the need for a ferry crossing. This unique feature makes it an ideal choice for tourists bringing their own vehicles to explore Samosir.

History and Significance of the Tano Ponggol Bridge

Beyond its practical function, the Tano Ponggol Bridge boasts a fascinating history. Its existence is inextricably linked to the construction of a canal by the Dutch in 1913. This canal separated Samosir from the mainland of Sumatra, transforming it into an island. Initially, the canal was built to expedite boat travel compared to navigating around the Samosir landmass that juts into Lake Toba.

The Charm of the Tano Ponggol Bridge and its Surroundings

The Tano Ponggol Bridge not only offers a vital function but also presents an alluring tourist attraction. Its location is close to various tourist destinations in the Pangururan area, such as the Aek Rangat natural hot spring baths and Pusuk Buhit, which is believed to be the origin of the Batak people.

The journey to the Tano Ponggol Bridge takes you past the Tele Observation Tower (Panatapan Tele), where you can soak up breathtaking views of Lake Toba. From there, you can also take a detour to the Efrata Waterfall.

Once you cross the Tano Ponggol Bridge, you will arrive in Pangururan, the capital of Samosir Regency. From here, you can continue your journey towards Tomok and encounter a range of other tourist attractions, including the Pasir Putih Parbaba Beach, the SImanindo Batak Museum, the Kursi Batu (Stone Chair) in Ambarita, and the Tuktuk village, which offers a variety of hotels for accommodation on Samosir Island.

This bridge is expected to become a new tourist icon in Samosir and enhance the tourism facilities in the area.

The Tano Ponggol Bridge is a vital access point and a gateway to the diverse tourist attractions of Samosir Island. With the ongoing development, this area will become even more captivating and provide visitors a more comprehensive tourism experience.

Batu Hoda Beach

Batu Hoda Beach is one of the popular beach in Samosir Island. The green trees that grow around the beach look shady. Moreover, plus the green hills that surround, this tourist destination of Batu Hoda Samosir Beach is different from the usual beaches.

Stone Hoda or Stone Horse is a horse-shaped statue that is often symbolized as a symbol of loyalty. This is inseparable from the myth that develops around the existence of Batu Hoda on the shores of the shores of Lake Toba.

Nai Sogop Waterfall: A Hidden Gem in North Sumatra


Nai Sogop Waterfall, nestled in the lush landscapes of North Sumatra, Indonesia, is a hidden gem waiting to be discovered by nature enthusiasts and adventure seekers. Known for its breathtaking beauty and serene surroundings, this waterfall offers an escape from the hustle and bustle of city life, providing visitors with a refreshing retreat in the heart of Sumatra's rich tropical landscape. Here, the beauty of untouched nature takes center stage, making Nai Sogop Waterfall a must-visit destination.

Location and Access

Nai Sogop Waterfall is located in a secluded area, away from heavily touristed routes. Situated within a dense tropical forest, reaching the waterfall requires a journey through scenic trails, with views of the surrounding mountains and green valleys along the way. The trek itself is part of the experience, as visitors immerse themselves in the beauty of Sumatra's rainforests, alive with the sounds of exotic birds and local wildlife.

The journey to Nai Sogop requires a short hike from the nearest village, making it accessible to moderately fit visitors. However, due to its hidden location, it's recommended to hire a local guide who knows the area well to navigate the trails and enjoy the best spots around the waterfall safely.

Natural Beauty and Unique Features

Nai Sogop Waterfall is celebrated for its multi-tiered cascade, where water flows gracefully over a series of rocky terraces. This unique structure creates natural pools at different levels, allowing visitors to relax and swim in refreshing waters. 

The water is clear and cool, ideal for a refreshing dip, especially on warm days. The main plunge pool at the base of the waterfall is surrounded by rocks and lush vegetation, giving it a tranquil, untouched feel.

The surrounding rainforest adds to the enchantment of the waterfall, with dense trees and ferns creating a canopy that filters sunlight onto the water, producing a serene and otherworldly atmosphere. In the early morning, visitors may also witness a mist hovering around the waterfall, adding an ethereal quality to the landscape.

Cultural Significance

Nai Sogop Waterfall is not only a natural wonder but also holds cultural importance for the local communities. The name "Nai Sogop" itself is rooted in local heritage and is believed to carry meanings connected to family and ancestry. 

For the indigenous communities in North Sumatra, the waterfall and its surrounding areas are part of a land they consider sacred, symbolizing the connection between nature and the legacy of their ancestors.

Locals often share stories about Nai Sogop Waterfall and the surrounding forest, with tales that pass down knowledge of the land and traditional practices. 

Respecting the natural environment is an integral part of visiting this waterfall, as the local community views it as a living legacy that deserves preservation.

What to Do at Nai Sogop Waterfall

1. Swimming and Relaxation: The natural pools at the base of the falls provide a perfect place for a refreshing swim. These pools are relatively shallow, making them accessible for people of all ages.

2. Photography: Nai Sogop's picturesque setting, with its cascading waters and lush vegetation, is a photographer's paradise. The morning light through the trees offers beautiful shots, capturing the vibrant greenery and tranquil pools.

3. Trekking and Wildlife Spotting: The forest surrounding Nai Sogop is home to a variety of flora and fauna. Along the trail, you may spot local wildlife, such as exotic birds, butterflies, and small mammals. It’s an ideal setting for nature lovers and wildlife enthusiasts.

4. Cultural Exploration: Engaging with the local community provides insight into the cultural importance of the waterfall. Visitors can learn about the legends and folklore surrounding the area and understand the local perspective on the connection between nature and heritage.

Tips for Visiting Nai Sogop Waterfall

Bring Suitable Footwear: The trail to the waterfall can be slippery, especially during the rainy season, so sturdy hiking shoes are recommended.

Respect Local Customs: Nai Sogop holds cultural significance, so it’s important to show respect for the site and the environment. Avoid littering and be mindful of the natural habitat.

Go with a Guide: To ensure a safe journey, it’s best to hire a local guide who can lead you through the trails and offer a deeper understanding of the waterfall’s significance.

Pack Essentials: Bring snacks, water, a first-aid kit, and other essentials as there are limited facilities nearby.

Conclusion

Nai Sogop Waterfall offers a unique blend of natural beauty and cultural heritage, making it an ideal destination for travelers looking to experience the unspoiled wilderness of North Sumatra. Its captivating cascades, serene pools, and verdant surroundings provide an idyllic retreat for those seeking peace and adventure in equal measure. A visit to Nai Sogop Waterfall is not only an exploration of nature but also an opportunity to connect with the local culture and learn about the legacy that surrounds this hidden treasure.






Rabu, 09 Oktober 2024

Huta Simandalahi, Bukti Kisah Keturunan Toga Sinaga Berpencar dari Samosir Menuju Girsang 1 Simalungun

Simalungun, NINNA.ID– Suku Batak dikenal sebagai orang yang senang merantau, berpencar. Alasan utama biasanya untuk membuka lahan atau mencari kehidupan yang lebih baik. Demikian halnya keturunan Toga Sinaga. Toga Sinaga merupakan keturunan Raja Batak.

Silsilah Dimulai Raja Batak

Dari yang bermukim di Pusuk Buhit, keturunannya berpencar ke berbagai desa di Pulau Samosir. Salah satunya yakni Toga Sinaga bermukim di Desa Urat di Pulau Samosir.

Lama-kelamaan, keturunan Toga Sinaga pun menyebrangi Danau Toba lalu bermukim di Kabupaten Simalungun.

Dimulai dari membuka perkampungan atau huta yang ada di Sibaganding hingga menyebar ke wilayah Girsang Sipanganbolon lainnya.

Sekalipun keturunan Sinaga tersebut adalah suku Batak Toba, kenyataannya secara administrasi wilayah tersebut masuk wilayah Kabupten Simalungun.

Silsilah Toga Sinaga

Berdasarkan keterangan yang didapat dari generasi ke-13 Simandalahi yakni Samsudin Parulian Ganda Sinaga, Simandalahi merupakan keturunan dari Suhut Nihuta.





Ia menjelaskan, Suhut Nihuta punya empat anak laki-laki. Salah satunya Sorak Maunok. Sorak Maunok belakangan punya anak laki-laki yang dinamai Suhut Maraja.

Suhut Maraja memiliki dua istri. Istri pertama boru Sihotang yang memberinya putra bernama Sidasuhut dan Sidallogan.

Karena boru Sihotang meninggal, ia memperistri boru Manurung yang melahirkan Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.

Jejak dari keturunan Suhut Maraja ini dapat kita temukan hingga sekarang di Kecamatan Girsang Sipanganbolon. Ada kampung atau huta yang bernama Sidasuhut, Sidallogan, Simaibang, Simandalahi, dan Simanjorang.

Huta yang dinamai Simaibang terdapat di Sipanganbolon. Huta yang dinamai Simandalahi terdapat di Girsang, Sipanganbolon, Bangun Dolok, dan Hasinggaan.

Huta Simandalahi

Hingga sekarang kita bisa menyaksikan tapak tilas keturunan Suhut Maraja bernama Simandalahi di Girsang 1 yakni di Huta Simandalahi.

Huta ini berada di ujung jalan Girsang 1, jalur sebelah kiri dari Pohon Hariara (Beringin).


Huta Simandalahi

Salah seorang traveler berkunjung ke Huta Simandalahi (foto ©Damayanti)

Setidaknya ada tiga Rumah Batak yang masih bisa kita lihat di Huta Simandalahi.

Kebanyakan keturunan Sinaga di Huta Simandalahi merantau atau berpencar ke tempat lain. Meski begitu, Huta Simandalahi statusnya masih milik marga Sinaga Simandalahi.

Tidak ada kisah kanibalisme atau hukuman mati seperti di Huta Siallagan pernah terjadi di Huta Simandalahi.

Ukuran rumahnya juga cenderung sama satu sama lain. Motif dan warna juga demikian.

Dapat disimpulkan Raja bernama Simandalahi dan keturunannya tidak terlalu menonjol dalam banyak hal.

Sekalipun demikian, sebagaimana suku Batak lainnya, keturunan Simandalahi hidup dari sektor pertanian.

Di sekitar Huta Simandalahi, ada banyak pepohonan lebat yang dapat dipastikan ditanam oleh Simandalahi dan keturunannya di masa silam.

Saat kita berkunjung kesini, kita akan melihat kebun-kebun sekitar berisi pohon durian, petai, kopi, nira dan lainnya.

Silsilah Penting bagi Suku Batak

Bagi orang Batak, tarombo atau silsilah sangat penting untuk menentukan kedekatan satu dengan lainnya.

Raja Bataklah yang mulai melestarikan silsilah yang dalam Bahasa Batak disebut Tarombo.

Huta Simandalahi

Tarombo ditulis dalam Pustaha Laklak berisi bagan tentang keturunan Raja Batak hingga ke beberapa generasi.

Jika kita perhatikan Tarombo dari Raja Batak hingga Simandalahi jelas bahwa orang Batak berasal dari leluhur yang sama. Berawal dari Siraja Batak kemudian berkembang menjadi marga-marga.

Hingga catatan silsilah berdasarkan garis keturunan ini lazim disimpan dan dituliskan dari generasi ke generasi.

Dapat dikatakan dari sekian banyak suku di Indonesia, suku Batak memiliki hasrat bawaan untuk mengetahui leluhurnya dan melestarikan nama keluarganya.

Itu sebabnya, saat berjumpa dengan sesama Batak, yang kerap ditanya adalah marga, bukan nama.

Selain itu, bagi orang Batak sangat penting punya anak laki-laki yang meneruskan nama keluarga atau marga.

Jika kelak Sobat Ninna berkunjung ke Huta Simandalahi atau jumpa dengan marga Simandalahi, ingatlah bahwa mereka adalah keturunan Toga Sinaga, marga atau boru Sinaga. Sudah tentu mereka pun adalah keturunan Raja Batak.

Penulis/Editor: Damayanti Sinaga

 

 

Jumat, 21 Juni 2024

Easy Go to Tour Travel –The Best Travel Agent in Lake Toba

 

Easy Go to Tour Travel –The Best Travel Agent in Lake Toba

 



Easy Go to LakeToba  is a business that offers what guests need during their visit and stay in Lake Toba. We offer taxis, drivers, service as tour guides, hotels, homestays, souvenirs, and all you need in Lake Toba.

We work as a team. We have many freelance workers to support one another. Making Easy Go to LakeToba is a business ecosystem in Lake Toba. Mostly we are Batak Youths who have a passion for Lake Toba Tourism.

We offer the best services in Lake Toba North Sumatra. We support Sustainable Tourism. We aim to make you have a great and wonderful visit and stay with us.

We are committed to being always known for our good customer service and professional approach.

 

Google Maps

https://g.page/r/CYq2M0iYcNQ2EAI/

Blog

https://easy-go-to.blogspot.com/

FB

Portal Media

https://www.ninna.id/

 

Whatsapp

https://wa.me/6285297732855?text=Hallo Damayanti..."

 

 

Friday, March 22, 2024

Damayanti Lake Toba Guide

 


My name is Damayanti Sinaga. Known as Butet. Butet is usually a female baby name in Batak. I am not a baby anymore. But because many non-Batak people call my name Butet, I get used to hearing my name as Butet.

I live in Kampung Ulos Hutaraja Pardamean, Samosir Island. This village is close to beautiful Lake Toba, a large volcanic lake nestled in the highlands of North Sumatra.

One of my biggest reasons for becoming a guide, I want to have more friends from abroad. I also want to promote Lake Toba. I am proud of it. I think working as a guide can support Lake Toba Tourism, sustainable tourism, and many other things.

I love reading books, doing research, learning, teaching, and traveling. During my free time, I love to teach kids. That is one of my fun hobbies. I also love to learn new languages and to have friends from other countries.

In the past, I had experience as an editor staff in Analisa Newspaper, one of the biggest newspapers in North Sumatra. With these experiences, I am convinced that I can guide tourists very well.

With Hollands Tourist when they visited Kampung Ulos Hutaraja



Kamis, 21 Maret 2024

Samosir Pilihan Terbaik bagi Kamu Berpetualang Jelajahi Eksotisme Danau Toba

Danau Toba sangat luas. Terdiri dari 8 kabupaten. Jika kamu hanya punya libur dua hari rasanya tak cukup untuk eksplorasi banyak hal di Danau Toba. Jika kamu berjiwa petualang maka Samosir yang terbaik untuk kamu jelajahi eksotisme Danau Toba.

Tujuh kabupaten lainnya juga menawarkan hal yang sama. Hanya, jika kamu ingin dapat pengalaman banyak dalam waktu singkat maka Samosir pilihan terbaik buatmu.

Ini bukan sekadar promosi Samosir belaka. Sejumlah teman dan tamuku juga menyatakan hal serupa.

Mereka mengatakan Samosir destinasi super lengkap. Beberapa di antaranya pengakuan dua wanita yang bekerja di sebuah organisasi kemanusiaan di Jakarta.

Di awal mereka sudah rencanakan liburan 3 hari 2 malam di Parapat. Akan tetapi, setelah mereka tiba di Parapat mereka berubah pikiran. Bisa jadi karena mereka ingin melihat seperti apa Samosir itu.

[caption id="attachment_30358" align="alignnone" width="571"]Kegiatan di Danau Toba Berpose dengan latar pemandangan Danau Toba bagian Ajibata[/caption]

Sekalipun sudah terlanjur membayar lunas kamar untuk dua malam, mereka berdua memutuskan untuk eksplor Samosir 2 hari 1 malam.

[caption id="attachment_30359" align="alignnone" width="571"]PANATAPAN SINAPURAN Panatapan Sinapuran Simanindo yang mereka singgahi selama di Samosir (foto: istimewa)[/caption]

Hari pertama mereka tiba di Parapat mereka istirahat karena tiba sudah sore. Esok paginya mereka mengeksplor Bukit Senyum di Motung Ajibata dan The Kaldera di Sibisa.

Di siang hari mereka mengeksplor Samosir berangkat dari Pelabuhan Kapal Kayu Tigaraja menuju Homestay Jabu SiRulo Samosir.

Sebelum tiba di penginapan, mereka sangat menikmati bersepeda motor yang juga ku awasi dari kaca spion sepeda motorku.

Ku ajak singgah ke Panatapan Sinapuran Simanindo. Saat itu memang cukup terik dan ada pengunjung selain kami.

Dari raut wajah mereka aku perhatikan mereka kagum melihat pemandangan di depan mereka.

Tak lama kemudian ku ajak turun menuju kampung tidak jauh dari Panatapan Sinapuran.

Warga setempat ramah dan mengizinkan kami untuk melihat-lihat, mengambil foto Rumah Batak.

[caption id="attachment_29147" align="alignnone" width="1280"]Panatapan Sinapuran Simanindo Deretan Rumah Batak yang terlihat dari Panatapan Sinapuran Simanindo (foto: Damayanti)[/caption]

Di kesempatan itu, aku jelaskan ke kedua wanita ini mengapa Rumah Batak bentuknya layaknya perahu. Mengapa ada patung kepala kerbau atau ukiran cicak di hampir tiap ukiran Rumah Batak.

Usai dari Panatapan Sinapuran lalu kami pun beranjak menuju Homestay Jabu SiRulo. Hanya sebentar istirahat. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Bukit Burung.

Karena salah satu dari mereka ku amati sangat kuat secara fisik dan tampaknya senang eksplorasi alam, ku putuskan bawa mereka ke Bukit Burung.

Tepat tebakanku! Keduanya sangat jatuh hati dengan spot ini.

Tiap kesini bawa kawan atau tamu aku biasanya hanya duduk memandang Danau Toba yang begitu memukau.

Senang saja duduk sampai bahkan berjam-jam sembari menikmati cemilan atau minuman.
Tapi bersama kedua wanita ini aku harus menjawab tantangan untuk trekking.

Kami trekking sampai 15 menit di jalur yang belum lama ini dibuka. Foto bisa menunjukkan jalur yang kami lalui.

Berulang kali mereka mengambil foto dari berbagai sudut dan berbagai pose.

Sekalipun akses ke Bukit Burung ada yang tidak begitu bagus mereka tampak sangat menikmati senja saat itu.

Bahkan berencana untuk camping di sana kelak jika kembali lagi ke Samosir.
Dari Bukit Burung kami turun menuju Pemandian Aek Rangat.

Hari itu karena hari libur, Pemandian Aek Rangat padat. Kami memutuskan untuk memilih tempat yang tidak begitu padat pengunjung.

Tapi sama saja, di tiap tempat nyaris sama padatnya.

Sembari menikmati berendam di Aek Rangat aku pun cerita tentang luar biasanya Danau Toba yang memiliki banyak hal untuk bisa dinikmati.

Tidak hanya air tawar Danau Toba, gunungnya menghasilkan air panas yang dapat menyembuhkan beragam penyakit kulit.

Dari Aek Rangat kami juga singgah untuk berburu oleh-oleh di Pusat Oleh-Oleh di Pangururan. Setelahnya kami kembali ke Homestay Jabu SiRulo.

Keesokan paginya, kegiatan mereka dilanjutkan dengan olahraga mengayuh perahu Kano.

[caption id="attachment_30360" align="alignnone" width="1920"]NAIK KANO di sirulo Kedua tamu mendayung perahu Kano di Danau Toba di Pantai SiRulo (foto: Damayanti)[/caption]

Mereka sangat menikmati mengayuh perahu Kano hingga jauh dari pandangan mataku.

Rasanya mereka sudah terbiasa mengayuh perahu Kano.

Seusai menikmati mengayuh perahu Kano, mereka pun sarapan dan siap-siap untuk kembali ke Parapat lalu menuju Kualanamu.

[caption id="attachment_30361" align="alignnone" width="571"]MIE GOMAK DI SIRULO Menu sarapan di Homestay Jabu SiRulo (foto: istimewa)[/caption]

Setelah tiba Kualanamu dan bahkan tiba di Jakarta, mereka mengatakan mereka tidak menyesal telah memutuskan untuk ganti rencana perjalanan mendadak.

[caption id="attachment_30362" align="alignnone" width="571"]SARAPAN DI SIRULO Menu sarapan di Homestay Jabu SiRulo (foto: istimewa)[/caption]

Sekalipun mereka terlanjur bayar kamar untuk 2 malam di Parapat dan terpaksa harus mengeluarkan uang tambahan untuk kamar di homestay, menyebrang dan rental sepeda motor, mereka puas.

[caption id="attachment_30366" align="alignnone" width="571"]Pemanandangan di Pantai SiRulo Pemanandangan di Pantai SiRulo[/caption]

Mereka puas bisa nikmati petulangan jelajahi eksostisme Danau Toba.

Mereka mengatakan dari tiga kabupaten yang mereka lintasi Simalungun, Toba dan Samosir, pilihan terbaik mereka adalah Samosir.

[caption id="attachment_30363" align="alignnone" width="1600"]GISELE Ayu dari Jakarta Kedua tamu dari Jakarta tiba di Kualanamu dan menyatakan sangat menyukai Samosir (foto: istimewa)[/caption]

Samosir menyuguhkan paket lengkap bagi mereka berdua yang senang berpetualang.

Bisa eksplorasi Rumah Batak di Sinapuran Simanindo, trekking ke Bukit Burung, berendam di Aek Rangat Pangururan, mendayung perahu Kano di Pantai SiRulo dan menikmati menjelajahi Samosir dengan bersepeda motor. Mereka rasa itu sangat seru dan pengalaman tak terlupakan!

Penulis: Damayanti Sinaga
Editor: Damayanti Sinaga

Amazing Journey: Four Days Three Nights Explore Lake Toba

   NINNA.ID -Lake Toba offers breathtaking scenery, the warmth of the local people, and the authentic richness of Batak culture. Lake Toba i...